Skip to content

Melihat foto ini, teringatku di kala pandemi.

image

Melihat foto ini, teringatku di kala pandemi. Banyak hal yang bisa kulakukan dan salah satunya adalah bersepeda santai bersama si bungsu; yang dirasakan suatu hal yang sulit terjadi di masa ini.

Bersama kami susuri jalanan kecil di desa sebelah dan sesekali tertawa lepas bersama. Bahkan beberapa kali kami berpapasan dengan rombongan sepeda santai lain.

Pemandangn pagi ini menyajikan pemandangan khas di musim kemarau; pohon-pohon yang meranggas dan mengering. Namun, di sisi lain para petani tetap setia dan tekun mengerjakan bagiannya.

Kusapa mereka, baik dengan tutur singkat, senyuman atau hanya sekedar anggukan kepala. Dan sesekali si bungsu bertanya,"Siapa mereka?" atau "Apakah Ibu mengenal mereka?". Kujawab dengan riang bahwa tak satupun aku mengenal mereka, bahwa sapaan ditujukan bukan hanya kepada mereka yang kita kenal, namun sejatinya sapaan untuk semua orang yang kita jumpai sebagai teman dalam perjalanan.

Dengan sapaan bisa saja membuat orang tidak merasa sendiri, menambah semangat, memberi aura positif bagi diri sendiri maupun orang lain.

Bahkan Allah sendiri mengutus kita untuk ramah seorang terhadap yang lain, tidak peduli siapa dia atau mereka.

Sapaan dan senyuman hal kecil yang dapat dilakukan namun berdampak besar bagi semua.